cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 08538212     EISSN : 25286870     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Penelitian Tanaman Industri merupakan publikasi ilmiah primer yang memuat hasil penelitian primer komoditas perkebunan yang belum dimuat pada media apapun, diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, DIPA 2011 terbit empat kali setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010" : 7 Documents clear
PENGARUH UMUR EKSPLAN TERHADAP KEBERHASILAN PEMBENTUKAN KALUS EMBRIOGENIK PADA KULTUR MERISTEM JAHE (Zingiber officinale Rosc) MEYNARTI SARI DEWI IBRAHIM; OTIH ROSTIANA; NURUL KHUMAIDA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v16n1.2010.37-42

Abstract

ABSTRAKKendala dalam pengembangan jahe di Indonesia adalah terbatasnyabenih bermutu. Secara konvensional, budidaya jahe dilakukan denganmenggunakan bibit dari potongan rimpang. Dengan cara ini diperlukanbibit dalam jumlah yang banyak, antara 2-3 t/ha untuk jahe yang dipanentua dan 5-6 t/ha untuk yang dipanen muda. Kendala lain adalah penyakittular benih layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum.Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendapatkan benih jahebebas penyakit adalah perbanyakan melalui kultur jaringan. Penelitianbertujuan untuk mengkaji sumber eksplan dari tingkat umur panenrimpang yang berbeda terhadap kapasitas pembentukan kalus embriogenikpada kultur meristem jahe putih besar. Penelitian dilakukan di BalaiPenelitian Tanaman Obat dan Aromatik dari September 2007 sampaiMaret 2008, menggunakan rancangan acak lengkap dengan 20 kaliulangan. Bahan tanaman yang digunakan adalah meristem jahe putih besaryang diambil dari rimpang panen muda dan tua. Peubah yang diamatimeliputi: histologi jaringan, persentase kalus embriogenik yang terbentuk,bobot segar kalus, diameter kalus, dan morfologi kalus. Hasil penelitianmenunjukkan adanya daerah meristematik pada sayatan eksplan meristemjahe putih besar ukuran ± 0,25 cm. Persentase kalus embriogenik (92,1%)dan diameter kalus (0,59 mm) dari rimpang yang dipanen tua lebih tinggidari yang dipanen muda. Berat kalus (1,18 g) dan jumlah embrio somatikglobular (29,34) asal eksplan panen tua nyata lebih tinggi dari yangdipanen muda. Kalus embriogenik yang berasal dari eksplan rimpang yangdipanen tua mampu berkembang membentuk embrio somatik danberkecambah menghasilkan planlet normal.Kata kunci : Zingiber officinale Rosc., umur rimpang, kalus embriogenik,embriogenesis somatikABSTRACTEffect of explants age on the success of embryogenic calliformation in meristem culture of ginger (Zingiberofficinale Rosc.)Constraint in ginger cultivation in Indonesia is the limited qualityof planting materials. In conventional cultivation, planting materials weretaken from a piece of rhizomes. By this technique, significant amount ofplanting materials is required, between 2-3 tons/ha for fully harvested and5-6 tons/ha for young harvested rhizomes. Another serious constraint isbacterial wilt disease infection caused by Ralstonia solanacearum. Effortfor obtaining free disease planting materials could be performed throughtissue culture mass propagation. In this study, different ages of rhizome asexplants sources was evaluated for their capacity in embryogenic calliformation on the meristem culture of ginger. The experiment wasconducted in Indonesian Medicinal and Aromatic Crops Research Institutefrom September 2007 to March 2008, using a completely random designwith 20 replicates. Plant material used was white ginger meristem takenfrom the fully and young harvested rhizomes. The observed variables wereexplant histology, percentage embryogenic calli formation (%), freshweight of calli, calli diameter, number of globular embryo, and callimorphology. The results showed a meristematic region at the incisionexplant big-white ginger meristem ± 0.25 cm in size. Percentage ofembryogenic calli formation from the fully harvested rhizome-explant(92.1%) and calli diameter (0.59 mm) were higher than that of the youngerone. Calli weight (1.18 g) and number of globular somatic embryos(29.34) from fully harvested rhizome-explants were significantly higherthan that of the younger one. Embriogenic calli derived from the oldharvested rhizome explants was able to grow well to form somaticembryos and then germinate to produce normal plantlet.Key words : Zingiber officinale Rosc, age of rhizome, embriogeniccalli, somatic embryogenesis
EFEKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAUN SALAM (Eugenia polyantha) DAN DAUN JERUK PURUT (Cytrus histrix) SEBAGAI ANTIJAMUR PADA PERTUMBUHAN Fusarium oxysporum RITA NOVERIZA; MIFTAKHUROHMAH MIFTAKHUROHMAH
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v16n1.2010.6-11

Abstract

ABSTRAKMinyak atsiri dan ekstrak dari beberapa tanaman telah banyakditeliti sebagai bahan pestisida nabati dan telah tersedia secara komersial.Beberapa penelitian menunjukkan daun salam memiliki aktivitas antijamurdan antibakteri. Jeruk purut mengandung citronella yang dikenal bersifatantijamur. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrakmetanol daun salam dan daun jeruk purut terhadap pertumbuhan Fusariumoxysporum telah dilakukan di laboratorium penyakit Balittro pada bulanJanuari sampai Februari 2008. Penelitian ini terdiri dari tiga kegiatan : (1)Uji ekstrak metanol daun salam dan jeruk purut terhadap pertumbuhanvegetatif F. oxysporum pada media padat. Parameter yang diamati adalahdiameter pertumbuhan F. oxysporum. (2) Uji ekstrak metanol daun salamdan jeruk purut terhadap pertumbuhan generatif F. oxysporum pada mediacair. Parameter yang diamati adalah jumlah konidia yang diproduksi danberat hifa. (3) Uji ekstrak metanol daun salam dan jeruk purut terhadappenghambatan perkecambahan konidia F. oxysporum. Perkecambahankonidia diamati pada 0, 2, dan 4 jam setelah perlakuan. Rancangan yangdigunakan dalam ketiga kegiatan tersebut adalah rancangan acak lengkap,dengan tiga ulangan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak metanoldaun salam menghambat pertumbuhan vegetatif F. oxysporum. Persentasepenghambatan tertinggi adalah 57,16% pada konsentrasi 5%. Pada mediacair, ekstrak daun salam efektif menurunkan jumlah konidia dan berat hifa.Ekstrak daun salam juga mampu menghambat perkecambahan spora.Persentase penghambatan perkecambahan konidia pada perlakuan ekstrakdaun salam 3% sebesar 84,67% setelah 4 jam inkubasi. Ekstrak metanoldaun jeruk purut konsentrasi 5% efektif menghambat pertumbuhanvegetatif  F.  oxysporum  pada  media  padat  dengan  persentasepenghambatan 95,60 %. Pada media cair, ekstrak jeruk purut (semuakonsentrasi yang diuji) juga mampu menurunkan jumlah konidia dan berathifa. Selain itu, ekstrak metanol daun jeruk purut juga efektif menghambatperkecambahan konidia F. oxysporum hingga 77,00 % setelah 4 jaminkubasi.Kata kunci : Eugenia polyantha, Cytrus histrix, F. oxysporum, metanol,penghambatanABSTRACTThe Effectiveness of Methanol Extract of Bay Leaf(Eugenia polyantha) and Kaffir Lime Leaf (Cytrushistrix) as Antifungal on Growth of F. oxysporumEssential oils extracted from many plants have been investigated forbotanical pesticide source. There are several commercial pesticidescontaining essential oil. Kaffir lime containing citronella is known asantifungal material. Many research showed that bay leaf has antifungal andantibacterial activity. The objective of this research was to find out theeffect of metanol extracts of bay and kaffir lime leaves on F. oxysporumgrowth. The experiment was conducted from January to February 2008 atPhytopathology Laboratory of Indonesian Medicinal and Aromatic CropsResearch Institute (IMACRI). The experiment was consisted of 3activities : (1) Test of methanol extract of bay leaf and kaffir lime leaf onvegetative growth of F. oxysporum in solid media. Fungal colony diameterwas recorded each day. (2) Test of methanol extract of bay and kaffir limeleaves on generative growth of F. oxysporum in liquid media. Conidiaproduction and hifa weight were observed. (3) Test of methanol extract ofbay and kaffir lime leaves on inhabitation of conidia germination of F.oxysporum. The germination of conidia was observed at 0, 2, 4 hours aftertreatment. Experiment was designed using completely randomized designwith three replications. The result showed that methanol extract of bay leafinhibited the growth of F. oxysporum in solid media. The highest growthinhibition was 57.16% at 5% extract. In liquid media, methanol extract ofbay leaf decreased conidia production and hifa weight significantly.Methanol extract of bay leaf inhibited conidia germination. The percentageof inhibition of conidia germination was 84.67% at 3% extract. Methanolextract of Kaffir lime leaf inhibited the growth of F. oxysporumsignificantly. The percentage of inhibition was 95.6% at 5% extract. Inliquid media, methanol extract of kaffir lime leaf decreased conidiaproduction and hifa weight at all of concentration of extract. Methanolextract of kaffir lime leaf inhibited conidia germination. The percentage ofinhibition of conidia germination was 77.00% at 3% extract.Key words : Eugenia polyantha, Cytrus histrix, inhibition, F. oxysporum,metanol
SKRINING GENOTIPE KAPAS (Gossypium sp.) UMUR GENJAH BERDAYA HASIL TINGGI SUMARTINI, SIWI; INDRAYANI, IGAA.; ABDURRAKHMAN, ABDURRAKHMAN
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v16n1.2010.27-36

Abstract

ABSTRAKPenggunaan genotipe berumur genjah di daerah pengembangankapas yang mempunyai musim hujan pendek dapat dilakukan karenagenotipe genjah dapat lolos dari kekeringan yang terjadi pada akhirmusim. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasirian,Lumajang dan di Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, pada bulan Februarisampai dengan September 2008. Tujuan penelitian ini adalah untukmendapatkan genotipe kapas berumur genjah berdaya hasil tinggi sehinggadapat digunakan sebagai kultivar komersial atau sebagai tetua di dalamperakitan kultivar baru. Sebagai perlakuan digunakan 40 genotipe kapashasil introduksi termasuk KI. 243 TAMCOT SP-37 yang digunakansebagai pembanding umur genjah dan KI. 28 SK 32 sebagai pembandingumur dalam. Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK)dengan dua ulangan. Setiap genotipe ditanam dalam petakan berukuran 3 x10 m 2 dengan jarak tanam 100 cm x 25 cm satu tanaman per lubang.Pupuk yang diberikan yaitu ZA, urea, SP-36, dan KCl masing-masingdengan dosis 100 kg/ha. Pemeliharaan tanaman disesuaikan dengankebutuhan tanaman. Jumlah hujan selama pertumbuhan tanaman diAsembagus sebesar 123 mm dalam 13 hari hujan (hh) dengan ditambahdua kali pengairan, sedangkan di Pasirian sebesar 411 mm dalam 34 hhtidak ada tambahan pengairan. Parameter yang diamati adalah: hasil kapasberbiji, hasil dan persentase panen pertama, umur tanaman, jumlah danbobot buah, skor kerusakan daun akibat serangan A. biguttula, jumlah buludaun, dan mutu serat. Hasil dari penelitian ini adalah delapan genotipeyang berumur genjah (umur 132-133 hari), persentase panen pertama >80%, dengan hasil kapas berbiji > 1900 kg/ha. Ke delapan genotipetersebut adalah KI 83 Var 731N x 1656-12-76-2, KI 95 Var 619-998 x541-2-3-77-2-2, KI 96 HG P-6-3, KI 97 Var 7042-5W-79N, KI 119 Var1073-16-6 x 491L-619-4-77, KI 122 NC-177-16-C2, KI 675 PSJ I dan KI243 TAMCOT SP 37. Mutu serat genotipe-genotipe terpilih memenuhisyarat untuk industri tekstil dalam negeri maupun untuk duniaperdagangan yaitu: kehalusan serat 4,0 – 4,9 mic (sedang), kekuatan serat29,0 - 31,7 g/tex. (rendah - sedang), panjang serat 1,19 - 1,42 inci atau30,2 – 36,0 mm (panjang - sangat panjang), kerataan serat 85,4 - 87,2%,dan mulur serat 5,2 - 6,1%. Genotipe KI 83 Var 731N x 1656-12-76-2,KI 95 Var 619-998 x 541-2-3-77-2-2, dan KI 675 PSJ I memiliki rata-rata produktivitas kapas berbiji paling tinggi yaitu sebesar 2.419, 2.470,dan 2.503 kg/ha. Semua genotipe terpilih rentan terhadap Amrascabiguttula.Kata kunci : Gossypium sp., umur genjah, produksi tinggi, mutu serat,Amrasca biguttulaABSTRACTScreening of Early Maturing High Yielding Cotton(Gossypium sp.) GenotypesEarly maturing genotypes can be grown in cotton cultivation areawith short rainy season due to escaping from drought in a late season. Theresearch was conducted in Pasirian Lumajang and in AsembagusSitubondo Experimental Stations, East Java, from February to September2008. Objective of the study was to find out high yielding early maturingcotton genotypes which could be used as commercial varieties or as parentlines for engineering new varieties. As many as 40 introduced cottongenotypes were tested including KI 243 TAMCOT SP-37 and KI 28 SK32 used as control for early and late maturing genotypes. All genotypeswere arranged in a randomized block design with two replicates. Plot sizewas 3 x 10 m 2 with 100 cm x 25 cm plant spacing, one plant per hill.Fertilizer dosage were 100 kg ZA + 100 kg urea + 100 kg SP-36 + 100 kgKCl per hectare. During the growing period, the plants at Asembagus werewatered with 123 mm rain within 13 rainy days and two times extrairrigation. While in Pasirian, they were watered only with 411 rain within34 rainy days. Parameters observed were: Total seedcotton yield,seedcotton yield at first harvest, persentage of first harvest, maturity date,bolls count, bolls weight, score of leaf damage caused by A. biguttula, leafhair density, and cotton fiber quality. From the experiment there had beenselected eight early maturing (at 132-133 days) genotypes, with firstpicking percentage more than 80%, and productivity more than 1900 kgscottonseed per hectare. The selected genotypes were KI 83 Var 731N x1656-12-76-2, KI 95 Var 619-998 x 541-2-3-77-2-2, KI 96 HG P-6-3,KI 97 Var 7042-5W-79N, KI 119 Var 1073-16-6 x 491L-619-4-77, KI122NC-177-16-C2, KI 675 PSJ I and KI 243 TAMCOT SP 37. Cotton fiberquality of those genotypes suitable for domestic textile industries as wellas for bussiness, i.e: micronair 4.0 – 4.9 mic (average), fiber strength29.0 – 31.7 g/tex. (low – average), fiber length 1.19 – 1.42 inch or 30.2 –36.80 mm (long – very long), uniformity 85.4 – 87.2%, and elongation5.2 – 6.1. Averaged seed cotton productivities of KI 83 Var 731N x 1656-12-76-2, KI 95 Var 619-998 x 541-2-3-77-2-2 and KI 675 PSJ Igenotypes were around 2419, 2470, dan 2503 kg/ha, respectively. All theselected genotypes were susceptible to Amrasca biguttula.Key words : Gossypium sp., early maturing, high yielding, fiber quality,Amrasca biguttula
KRITERIA PENANDA SELEKSI PRODUKTIVITAS TERNA DAN ASIATIKOSIDA PADA PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) BUDI MARTONO; MUNIF GHULAMAHDI; LATIFAH K. DARUSMAN; SANDRA ARIFIN AZIZ; NURLIANI BERMAWIE
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v16n1.2010.12-19

Abstract

ABSTRAKKeberhasilan  seleksi  produktivitas  terna  dan  produktivitasasiatikosida yang tinggi ditentukan oleh kriteria seleksi yang sesuai. Adabeberapa metode yang dapat digunakan untuk mencari kriteria seleksi,salah satu diantaranya adalah dengan memanfaatkan analisis lintas (Pathanalysis). Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola hubungan antarkomponen pertumbuhan dengan produksi terna dan produksi asiatikosidaberdasarkan nilai korelasi, pengaruh langsung dan tidak langsung, sertanilai heritabilitas pada 16 nomor koleksi plasma nutfah pegagan. Penelitiandilakukan di KP. Cimanggu, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik(BALITTRO) antara bulan Juli-November 2007, dengan menggunakanrancangan acak kelompok (RAK) yang diulang 2 kali. Intensitas cahayayang digunakan 75%. Komponen pertumbuhan yang diamati meliputijumlah, panjang, dan diameter tangkai daun; jumlah, panjang, lebar, luas,dan tebal daun; serta jumlah sulur. Hasil penelitian menunjukkan bahwapeubah panjang dan diameter tangkai daun; serta panjang, lebar, luas, dantebal daun berkorelasi positif sangat nyata terhadap produksi terna.Berdasarkan analisis lintas, panjang, dan diameter tangkai daun, panjang,lebar, luas, dan tebal daun berpengaruh tidak langsung terhadap produksiterna melalui peubah lainnya. Seleksi terhadap produksi terna secara tidaklangsung dapat dilakukan melalui seleksi panjang dan diameter tangkaidaun, dan panjang, lebar, luas, serta tebal daun. Seleksi genotipe pegagandengan produksi terna yang tinggi melalui panjang dan diameter tangkaidaun; dan panjang, lebar; serta luas daun lebih efektif dibandingkandengan melalui tebal daun karena kelima peubah tersebut mempunyai nilaiheritabilitas yang tinggi. Panjang tangkai daun, luas dan tebal daun, sertajumlah sulur mempunyai korelasi positif nyata dan sangat nyata denganproduksi asiatikosida. Luas daun dan jumlah sulur berpengaruh tidaklangsung terhadap produksi asiatikosida melalui peubah lainnya. Panjangtangkai daun dan tebal daun secara langsung berperan dalam menentukanproduksi asiatikosida. Seleksi produktivitas asiatikosida yang tinggimelalui peubah panjang tangkai daun akan memberikan respon yang lebihcepat karena memiliki nilai heritabilitas yang tinggi.Kata kunci: Centella asiatica (L.) Urban, terna, asiatikosida, analisislintas, heritabilitasABSTRACTCriterion of Marker Selection of Fresh Shoot andAsiaticoside Productivity of Asiatic Pennywort (Centellaasiatica (L.) Urban)Selection of asiatic pennywort for high fresh shoot and asiaticosideproduction is determined by using appropriate selection criterion. Thereare several methods that can be applied, one among those is using the pathanalysis. The research was aimed to study the correlation analysis betweengrowth and production variables, direct and indirect effects, and theheritability of sixteen accessions. The experiment was conducted atCimanggu Experimental Station of Indonesian Medicinal and AromaticCrops Research Institute (ISMECRI) Bogor, Indonesia from July untilNovember 2007. The research was arranged using randomized completeblock design (RCBD) with two replications. Sixteen accessions and 75%light intensity were used. The growth components observed were number,length, and diameter of leaf petiole; number, length, width, area, andthickness of leaf; and number of stolon. The results showed that leafpetiole length and diameter, leaf length, width, area, and thicknesspositively and significantly correlated with fresh shoot production. Theleaf petiole length and diameter, leaf length, width, area, and thicknessindirectly affected fresh shoot production through other variables. The leafpetiole length and diameter; leaf length, width, area, and thickness couldbe indirectly selected as fresh shoot production variables. Selection ofasiatic pennywort genotype with high fresh shoot production through leafpetiole length and diameter; leaf length, width, and area were moreeffective compared to through leaf thickness, because the five variableshave high heritability values. Correlations between leaf petiole length, leafarea and thickness, and number of stolon with asiaticoside production werepositive and significant. The leaf area and number of stolon indirectlyaffected asiaticoside production through other variables. The length andthe thickness of leaf directly influenced the asiaticoside production. Leafpetiole length, which has high heritability value, can be used as variable toselect high asiaticoside production of asiatic pennywort.Key words : Centella asiatica (L.) Urban, shoot production, asiaticoside,path analysis, heritability
TOLERANSI 60 AKSESI KAPAS TERHADAP CEKAMAN SALINITAS PADA FASE VEGETATIF EMY SULISTYOWATI; SIWI SUMARTINI; ABDURRAKHMAN ABDURRAKHMAN
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v16n1.2010.20-26

Abstract

ABSTRAKEkstensifikasi pengembangan kapas ke luar Jawa berpeluangmenghadapi masalah salinitas, dan untuk memulai program pemuliaanvarietas kapas tahan salinitas diperlukan informasi ketahanan terhadapsalinitas dari koleksi plasma nutfah kapas. Enam puluh aksesi kapas telahdiuji ketahanannya pada tingkat salinitas 10 g/l NaCl dalam rancanganacak lengkap yang diulang tiga kali. Penelitian dilaksanakan diLaboratorium Pemuliaan pada Balai Penelitian Tanaman Tembakau danSerat pada bulan Agustus – Oktober 2007. Pengamatan meliputi jumlah,panjang, dan berat akar, serta panjang dan berat tunas. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa parameter-parameter akar dan tunas yang diamatisampai dengan umur 28 HST belum konsisten untuk dijadikan dasar untukmelakukan skrining aksesi-aksesi untuk ketahanan terhadap cekamansalinitas. Terdapat tiga aksesi yang termasuk kategori peka terhadapsalinitas untuk semua parameter yang diamati, yaitu aksesi-aksesi NF-SC1, NF-SL 2, dan Tamcot SP-37. Selain itu juga terdapat 5 aksesi yangsecara stabil menunjukkan toleransi terhadap cekaman salinitas yaituaksesi-aksesi KPX 22, NH 38, Ngwe Chi 1, Dora 11, DP-NF-3, BRI 1,dan DPX 7062-5228.Kata kunci : Gossypium hirsutum, aksesi, toleransi, salinitas, vegetatifTolerance of 60 Cotton Accessions to Salinity Stress atVegetative StageABSTRACTExtension of cotton development program outside Java potentiallyfaces salinity problem, and therefore, in order to start the cotton breedingprogram for saline resistant varieties, it is required accurate information onresistance level of cotton accessions in the germplasm collection. Sixtycotton accessions have been tested for their tolerance in 10 g/l NaCl incomplete randomized design with three replications. The experiment washeld at the Breeding Laboratory of the Indonesian Tobacco and FiberCrops Research Institute from August to October 2007. Observations weremade on the number, length, and weight of root, as well as length andweight of shoot. Experimental result showed that root and shootparameters observed up to 28 DAP were not consistent for screeningcotton accession tolerant to salinity. There are three intolerant accessions,namely NF-SC 1, NF-SL 2, and Tamcot SP-37. In addition, there are fiveaccessions tolerant to salinity namely KPX 22, NH 38, Ngwe Chi 1, Dora11, DP-NF-3, BRI 1, and DPX 7062-5228.Key words: Gossypium hirsutum, accessions, tolerance, salinity, vegetative
PENGARUH FILTRAT BAKTERI ENDOFIT TERHADAP MORTALITAS, PENETASAN TELUR DAN POPULASI NEMATODA PELUKA AKAR Pratylenchus brachyurus PADA NILAM RITA HARNI; SUPRAMANA SUPRAMANA; MEITY S. SINAGA; GIYANTO GIYANTO; SUPRIADI SUPRIADI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v16n1.2010.43-47

Abstract

ABSTRAKPratylenchus brachyurus merupakan salah satu patogen utama padatanaman nilam di Indonesia. Pengendalian yang banyak dilakukan petanisaat ini adalah menggunakan pestisida sintetik. Penggunaan pestisidasintetik yang terus menerus merupakan ancaman terhadap lingkungan, dankesehatan manusia. Bakteri endofit mungkin dapat dimanfaatkan sebagaisalah satu teknik pengendalian nematoda yang ramah lingkungan karenabakteri endofit dapat menghasilkan racun yang toksik terhadap nematoda.Tujuan penelitian adalah melihat pengaruh kultur filtrat bakteri endofitterhadap mortalitas nematoda, penetasan telur dan perkembangannematoda di dalam akar nilam. Penelitian dilakukan di Laboratorium danRumah kaca Hama dan Penyakit Balai Penelitian Tanaman Obat danAromatik Bogor, dari bulan Januari sampai April 2008 menggunakanrancangan acak lengkap (RAL). Filtrat bakteri dibuat dengan caramenumbuhkan bakteri endofit pada media TSB selama 48 jam, kemudiandisentrifugasi dengan kecepatan 7.000 rpm selama 15 menit. Filtratdisaring dengan milipore berdiameter 0,22 µm, selanjutnya filtrat diujipada nematoda in vitro dan rumah kaca. Hasil penelitian menunjukkanbahwa filtrat dapat membunuh nematoda dalam waktu 24 jam dengannilai LC 50 sebesar 7,709%. Bakteri endofit isolat TT2 dan EH11memperlihatkan daya bunuh paling tinggi yaitu 91-100%. Di samping itufiltrat bakteri endofit juga dapat menekan penetasan telur nematoda 48,5-74,6% dibanding dengan kontrol. Namun hanya filtrat bakteri endofitisolat EH11 yang nyata dapat menekan populasi nematoda di dalam akarnilam dengan tingkat penekanan sebesar 81,3%.Kata kunci : Pratylenchus brachyurus, bakteri endofit, kultur filtrat,Pogostemon cablinABSTRACTEffect of culture filtrates endophytic bacteria on themortality, hatching eggs and population of root lesionnematodes Pratylenchus brachyurus on patchouliRoot lesion nematode (Pratylenchus brachyurus) is an importantpathogen of patchouli in Indonesia and causes significant losses. Controlsystem that are done today is using synthetic pesticides. The use ofsynthetic pesticides is a continuing threat to the environment and humanhealth. However, endophytic bacterial culture filtrates may be used as oneof the nematode control that is environmentally friendly. Effect of culturefiltrates endophytic bacteria on the mortality, hatching eggs and populationroot lesion nematodes Pratylenchus brachyurus on patchouli has beendone in vitro and greenhouse. The results showed that the culture filtrate ofendophytic bacteria produced metabolite toxic to nematodes and wereable to kill P. brachyurus 100% within 24 hours with LC 50 7.709%. TT2and EH11 isolates showed high killing power of 91-100%. The culturefiltrates also inhibited hatching of P. brachyurus eggs compared withcontrols. Not all culture filtrates can suppress the nematode population inthe roots of patchouli. EH11 isolates filtrate really pressing nematodepopulations compared to other isolates.Key words: Pratylenchus brachyurus, culture filtrate, endophyticbacteria, Pogostemon cablin
PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TERHADAP PERTUMBUHAN KALUS DAN KADAR TANNIN DARI DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk) SECARA IN VITRO SITTI FATIMAH SYAHID; NATALINI NOVA KRISTINA; DELIAH SESWITA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v16n1.2010.1-5

Abstract

ABSTRAKJati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan salah satu jenistanaman penghasil senyawa tannin yang berkhasiat sebagai obat untukobesitas. Tannin dapat diproduksi secara in vitro dan kadarnya dapatditingkatkan melalui kultur kalus. Komposisi media yang tepat sangatdiperlukan agar dihasilkan kalus dengan pertumbuhan cepat dan optimal.Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh komposisi media terhadappertumbuhan kalus dan kadar tannin secara in vitro. Bahan tanaman yangdigunakan adalah daun muda yang berasal dari tanaman di rumah kaca danberumur dua tahun. Media dasar yang digunakan adalah Murashige danSkoog (MS) yang diperkaya dengan vitamin dari group B. Perlakuan yangdiuji adalah media dasar MS + 2,4-D (0,1; 0,3; 0,5 mg/l) secara tunggaldan kombinasinya dengan Benzyl Adenin/BA ( 0,1 dan 0,3 mg/l).Parameter yang diamati adalah pertumbuhan kalus yang meliputi diameter,struktur, warna kalus, bobot basah kalus, serta visual kalus selamapengkulturan. Rancangan yang digunakan adalah acak lengkap polafaktorial dengan sepuluh ulangan. Analisis kandungan tannin dilakukandengan mengeringkan kalus in vitro dan sampel daun dari lapang danselanjutnya diekstrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapatinteraksi antara perlakuan 2,4-D 0,3 mg/l yang dikombinasikan denganBenzyl Adenin 0,1 mg/l terhadap ukuran diameter kalus terbesar yaitu28,7 mm, diameter kalus terbesar setelah sub kultur yaitu 31,9 mm, danberat basah kalus yaitu 5,02 g. Kandungan tannin pada semua perlakuankalus in vitro (3,72 – 4,27%) lebih tinggi dari pada tannin yang terdapatpada daun (2,24%).Kata kunci : Guazuma ulmifolia Lamk, jati belanda, induksi kalus,kandungan tannin, in vitroEffect of Medium Composition on Calli Growth andTannin Content from Leaves of West Indian Elm(Guazuma ulmifolia Lamk.) through in vitro CultureABSTRACTWest Indian Elm ( Guazuma ulmifolia Lamk.) is one of potentialplant producing tannin which is useful for controlling obesity. Tannin canbe produced through in vitro and this compound could be increased bycalli culture. The medium composition for calli induction was necessary toproduce the optimal calli. The aim of this research was to obtain themedium composition for calli induction through in vitro. Young leaves ofWest Indian Elm from glass house were used as explants. Murashige andSkoog (MS) medium enriched with B vitamin group was used as basicmedium. The experiments were arranged in completely randomized designin factorial pattern with ten replications. For calli induction, variousconcentration of 2,4-D (0.1; 0.3; and 0.5 mg/l) and its combination withBenzyl Adenin of 0.1 and 0.3 mg/l were used as treatments. Parametersobserved were calli diameter, structure, colour, fresh weight andperformance during culture. Analysis of tannin was conducted by usingdried samples both (in vitro and leaves from glass house) and thenextracted. The result showed that there was interaction between 2,4-D 0.3mg/l and Benzyl Adenin 0.1 mg/l on calli diameter (28.7 mm), the biggestcalli diameter after sub culture (31.9 mm), and fresh calli weight (5.02 g)eight weeks after treatments. Tannin content obtained from all of the invitro treatments (3.72 – 4.27%) was higher than tannin from leaves(2.24%).Key words : Guazuma ulmifolia Lamk., West Indian Elm, calli induction,in vitro, tannin content

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2010 2010


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 2 (2021): December 2021 Vol 27, No 1 (2021): June, 2021 Vol 26, No 2 (2020): December, 2020 Vol 26, No 1 (2020): June, 2020 Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019 Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019 Vol 24, No 2 (2018): Desember, 2018 Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018 Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017 Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017 Vol 22, No 4 (2016): Desember, 2016 Vol 22, No 3 (2016): September, 2016 Vol 22, No 2 (2016): Juni, 2016 Vol 22, No 1 (2016): Maret, 2016 Vol 21, No 4 (2015): Desember 2015 Vol 21, No 3 (2015): September 2015 Vol 21, No 2 (2015): Juni 2015 Vol 21, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 20, No 4 (2014): Desember 2014 Vol 20, No 3 (2014): September 2014 Vol 20, No 2 (2014): Juni 2014 Vol 20, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 19, No 4 (2013): Desember 2013 Vol 19, No 3 (2013): September 2013 Vol 19, No 2 (2013): Juni 2013 Vol 19, No 1 (2013): Maret 2013 Vol 18, No 4 (2012): Desember 2012 Vol 18, No 3 (2012): September 2012 Vol 18, No 2 (2012): Juni 2012 Vol 18, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 17, No 4 (2011): Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): September 2011 Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011 Vol 17, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 16, No 4 (2010): Desember 2010 Vol 16, No 3 (2010): September 2010 Vol 16, No 2 (2010): Juni 2010 Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 15, No 4 (2009): Desember 2009 Vol 15, No 3 (2009): September 2009 Vol 15, No 2 (2009): Juni 2009 Vol 15, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008 Vol 14, No 3 (2008): September 2008 Vol 14, No 2 (2008): Juni 2008 Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 13, No 4 (2007): DESEMBER 2007 Vol 13, No 3 (2007): SEPTEMBER 2007 Vol 13, No 2 (2007): JUNI 2007 Vol 13, No 1 (2007): MARET 2007 Vol 12, No 4 (2006): DESEMBER 2006 Vol 12, No 3 (2006): SEPTEMBER 2006 Vol 12, No 2 (2006): JUNI 2006 Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006 Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005 Vol 11, No 3 (2005): SEPTEMBER 2005 Vol 11, No 2 (2005): JUNI 2005 Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 10, No 4 (2004): Desember, 2004 Vol 10, No 3 (2004): September, 2004 Vol 10, No 2 (2004): Juni 2004 Vol 10, No 1 (2004): Maret 2004 Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003 Vol 9, No 3 (2003): September, 2003 Vol 9, No 2 (2003): Juni, 2003 Vol 9, No 1 (2003): Maret, 2003 Vol 8, No 4 (2002): Desember, 2002 Vol 8, No 3 (2002): September, 2002 Vol 8, No 2 (2002): Juni, 2002 Vol 8, No 1 (2002): Maret, 2002 Vol 7, No 4 (2001): Desember, 2001 Vol 7, No 3 (2001): September, 2001 Vol 7, No 2 (2001): Juni,2001 Vol 7, No 1 (2001): Maret, 2001 Vol 6, No 3 (2000): Desember, 2000 Vol 6, No 2 (2000): September, 2000 Vol 6, No 1 (2000): Juni, 2000 Vol 5, No 4 (2000): Maret, 2000 Vol 5, No 3 (1999): Desember, 1999 Vol 5, No 2 (1999): September, 1999 Vol 5, No 1 (1999): Juni, 1999 Vol 4, No 6 (1999): Maret, 1999 Vol 4, No 5 (1999): Januari, 1999 Vol 4, No 4 (1998): November, 1998 More Issue